September 17, 2019

Harap

Bodohnya aku berharap,
Menanti jalan kita kau garap.
Kau tak endahkan cinta yang terpatri di hati,
Sedang kau tahu kau sudah lamaku nanti.
Hatiku patah, terbelah..
Dan kau masih begitu,
Melihat aku dengan pandangan yang membatu.

Tiada guna segala puisi kuuntai.
Hubungan ini juga tak sudi kau rantai.
Rasa apa yang patutku rangkul?
Jika tingkahmu bertindak meluka,
Tetapi aku terpujuk dengan senyumanmu yang langka.

Aku merindumu.
Dan aku tak mahu kita bertemu.



June 21, 2019

Bebenang Merah

Takdir membawa kita kemari.
Seperti tahu saja
Bahawa aku merindukanmu.
Dan kita bertemu dimuka pintu.
Tubuh terpaku dan membatu,
Serta lidah kelu.
Kita saling menatap.
Terkejut.
Perlahan hangat itu mengalir di dadaku.
Manis yang ingin ku kikis,
Menjalar disegenap urat.
Dan kau,
Hilang kata,
Menatapku terus ke anak mata.
Hatiku terusik.
Jelas sekali rasa itu ada,
Dan matamu tidak boleh menipuku.

Apa jemari aku dan kamu dililit kemas,
Dengan bebenang takdir?
Kita masih kabur.

May 17, 2019

Senyum

Aku separuh gila
Memikir tentang kemungkinan di hujung jalan ini
Apa kau suka apa kau bakal membenci?
Apa kau meletak aku dekat dengan hatimu atau
Kau letak aku jauh dari jangkauan mindamu?

Terlalu banyak pengharapan
Membeban akal dan pemikiran
Apatah lagi hati
Aku cuba mengawal perasaan
Gugup dan gembira sering merosak suasana
Kau memaku
Dan aku terpaku
Perhatian dan mataku,
Hanya padamu..

Riak mahalmu semalam
Tertumpu padaku
Risau tapiku bahagia
Bersyukur aku dengan kesempatan kecil itu

Dalam diam aku memerhati senyummu
Tawamu bersama baris putih gigi
Menghias bibir
Sudah cukup melenyapkan warasku.

April 22, 2019

Lepas

Kita tak berkongsi apa-apa
Hubungan tidak
Hati pun tidak.
Tapi harapanku untukmu tinggi sayangku..
Harapan untuk menghuni hati itu.

Tinggi anganku..
Ingin berkongsi hidup denganmu..
Bersama meniti usia senja.
Tapi mungkin tali takdir tak cukup panjang,
Untuk mengikat mimpiku menjadi nyata.
Dan sekali lagi
Untuk cinta yang datang kali ini,
Aku lepas pergi.

Lelah sungguh hatiku.
Sehabis daya aku usaha,
Menggapai kasih yang tergantung tinggi.
Bertanggakan harapan yang tak kukuh
Aku jatuh bersambut nyeri.

Kau yang kuinginkan
Semakin membina jarak
Kala aku kedepan, menapak.

Seperti debu, aku kau lalu.
Dan menacap pedih di hati ini.
Kau tak layak aku miliki.

March 30, 2019

31.03.2019

Kau muncul dalam mimpi
Badan kau rebah di sampingku
Kau rangkul aku dalam pelukanmu
Tapi aku tak rasakan ikhlas itu
Bahkan aku termangu
Apa ini sayang atau takut
Yang datang menyelimut?

Aku tersedar
Sendiri lagi tanpa kau di sisi
Tapi tiada lagi air mata yang menyambut jaga
Hanya kekeliruan yang mendera minda

Apa ini rindu?
Kesal bertahun memintal rasa takut di hati
Takut untuk patah lagi

Tertatih aku mengangkat diri kembali
Bahkan aku membawa diri jauh ke tanah ini
Lari dari kau
Lari dari cinta yang dipersia
Jauh dari realiti yang meluka

March 06, 2019

Meradang

Amarah yang tertahan
Iri yang bercambah umpama kulat di hutan
Kau memacu radang di hati
Kau menumbuh benci di jiwa yang mati

Jahilmu kau kata khilaf
Ego pula kau kata menjaga hati sendiri
Lagak seperti cerdik pandai
Menjatuh hukum ke atas orang-orang
Apa kau sedar tingkah itu
Mencermin bodohmu yang berpanjangan?

'Dia cuma ingat
Akan kekejaman orang terhadap dirinya
Tetapi dia lupa
Akan kekejaman dirinya terhadap orang lain'

Narasi indah terhasil dari satu karya ciptaan sang seniman
Menggambar tepat betapa angkuhnya perlakuan
Kau hukum orang-orang
Tapi kau tak menyedari titik hitam yang terpalit di wajah sendiri
Hah!
Aku cukup tidak mengerti!



March 01, 2019

01.03.2019

Bulan bertukar bulan
Masa berajak pergi
Tak tersisa
Tak menanti

Aku tertanya
Pengharapan apa yang kau gantung
Pada dia yang tak teguh dengan kata putusnya?
Aku tertanya
Percaya apa yang kau sandar
Pada dia yang tak pernah menganggapmu ada?

Ambil satu langkah ke depan
Menapaklah dengan tabah
Akan ada air mata yang menghias jalan sendumu
Tapi kau patut tahu
Di hujungnya nanti bahagia mulai berbunga
Kau nanti saja
Masa senang itu tiba

Lucu sekali
Kau benam diri dengan racun perih yang tiada ampunnya
Sedangkan kau punya pilihan
Untuk bangkit dari nestapa
Bangkitlah perempuanku!
Bangun dan berlarilah ke hujung pelangi
Biar kerikil menghiris telapak kaki
Memincang langkah menuju warna warni pelangi
Sakit ini cuma sebentar
Gembira menggantinya pula

Tinggalkan apa yang menyakitimu
Tinggalkan racun-racun yang meluka batin itu
Beranikan diri demi hati yang berharga
Nescaya nanti kau tenang berlayar
Menempuh arus hidup yang tiada imbangnya

February 28, 2019

Keluhan

Malam sepi begini
Aku masih ralit mengarang kata
Mencari tenang yang hilang 
Dalam kabut sibuk hidupku yang gemilang

Aman yang kurasa dulu
Kini bertukar sunyi yang menyesakkan
Aku tak lapang dada
keinginan itu masih juga menghambat hati

Aku membilang hari
Membilang masa aku menyendiri
Hatiku tak mampu meragut gambar wajah sesiapa
Apatah lagi wajahmu
Kau yang memaku perhatianku

Tinta tak terhenti setakat ini
Walau jasad dan nyawa puisi ini mati
Aku masih mencari penghidup nyawa
Tapi bukan dengan menghidupkan ia dengan cinta
Muak aku dengannya

Pengharapan
Kekejaman
Patah hati
Luka
Dan khianat..
Ah! Itu saja yang menghias jalan kasihku
Tak betah aku berlama menanti 
Jika cuma sakit hati dan dendam
Yang menghentak keras seperti cemati
Pedihnya tak terperi..

January 10, 2019

Mencari

Aku masih mencari..
Berputar ditempat yang sama
Menggenggam hati penuh luka...
Sepi menghurung hati
Kecewa menghambat jiwa..
Percuma saja jatuh cinta
Kasihku cuma sekadar mainan..
Ikhlas aku cuma sekadar kata bosan bagi orang-orang..
Mereka yang kukejar,
Kini bahagia meniti langkah mimpi
Aku menghempas diri penuh benci..
Aku tak mampu,
Bahkan mungkin tiada kesempatan untuk itu..
Terpuruk sendiri di satu penjuru,
Aku memerhati mereka-mereka yang bahagia..
Apa aku pantas bahagia walau sederhana?


December 21, 2018

Tinta

Tika semua ralit menghitung dosa,
Aku ralit merangkai kata..
Indah putar belit puisi
Enak menghenyak jiwa..
Aku dengan duniaku,
Kalian cuma tugu yang membatu..
Sesekali mengganggu pandang dan damaiku,
dengan bayang dan susuk yang menjengkelku..

Aku dan tintaku..
Menyatu dalam satu rasa yang tak tergambarkan..
Bukan sekali ini aku mencoret kata,
Berbagi rasa..
Tapi kalian masih tetap saja ingin menarikku keluar,
Mahu aku meninggalkan dunia kecil ini..
Perih..
Pedih..
Tak inginku tinggal pena dan tinta,
Yang bertahun mengisi sunyi..

Aku tak berteman,
Hidupku kesunyian..
Mengejar cinta yang kuanggap abadi?
Iya..
Buat sekalian kalinya aku ditinggalkan..
Tinta dan lembaran kertas masih tetap ada,
Menemanku menumpah rasa dan air mata..
Kala semua ralit menghitung dosa..

December 12, 2018

Kelam

Kelam,
Menyelubungi jiwaku yang sepi,
Ada dia yang datang mengetuk pintu hati..
Datangnya bersama pelita kecil di sisi..
Kusangka pelita itu kan mematikan gelita,
Menghangat sedikit dingin sunyi.
Ternyata,
Baranya berjatuhan membakar takutku..
Berhamburan api memamah berani..
Sedangkan kau?
Cuma berdiri dan memandangku disitu..
Kaku..

Harap

Bodohnya aku berharap, Menanti jalan kita kau garap. Kau tak endahkan cinta yang terpatri di hati, Sedang kau tahu kau sudah lamaku nanti...